Penerapan Teknologi Informasi Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Di Man 1 Merangin
PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI MAN 1 MERANGIN
Email: rikaariyani857@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana penerapan teknologi informasi dalam meningkatkan mutu pendidikan di MAN 1 Merangin. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian dilakukan di MAN 1 Merangin dengan subjek penelitian meliputi kepala sekolah, guru-guru, dan siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan: observasi langsung, wawancara, serta dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan: penerapan teknologi informasi dalam meningkatkan mutu pendidikan berupa penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi seperti elektronik power point, LCD proyektor, dan juga buku paket elektronik. Hambatan penerapan teknologi informasi diantaranya kurangnya sarana dan prasarana pendukung, kurangnya kompetensi guru dalam memanfaatkan berbagai fasilitas IT, keterbatasan biaya dan juga tenaga operasional. Beberapa upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah meliputi: melengkapi sarana dan prasarana, memberikan motivasi kepada guru-guru, dan mengikutsertakan guru-guru dalam workshop maupun pelatihan-pelatihan.
Kata kunci: Teknologi Informasi, Mutu, Mutu Pendidikan
PENDAHULUAN
Pesatnya perkembangan teknologi informasi di era globalisasi saat ini tak bisa dihindari lagi. Teknologi informasi menjadi kebutuhan dasar setiap orang, tak terkecuali dalam dunia pendidikan. Era globalisasi menuntut dunia pendidikan untuk senantiasa menyesuaikan perkembangan teknologi terhadap usaha dalam peningkatan mutu pendidikan, terutama penyesuaian penggunaan teknologi informasi dalam proses pembelajaran.
Dengan adanya teknologi informasi, proses pendidikan diharapkan semakin berkualitas sehingga output yang dihasilkan menjadi lebih bermutu. Hadirnya Teknologi informasi membuat ilmu pengetahuan menjadi semakin berkembang. Teknologi informasi memberikan banyak kemudahan dan manfaat positif bagi kehidupan manusia dan juga dunia pendidikan.
Dalam dunia pendidikan, teknologi informasi berperan sebagai berikut: 1) mempermudah tugas dan administrasi guru, 2) proses pembelajaran menjadi lebih efektif, 3) meningkatkan kreatifitas guru dalam pembuatan media pembelajaran yang menarik, 4) Membantu memberikan banyak referensi sumber belajar.
Secara garis besar teknologi informasi dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu:
- Perangkat lunak (software). Yaitu instruksi-instruksi untuk mengatur perangkat keras agar bekerja sesuai dengan instruksi-instruksi tersebut.
- Perangkat keras (hardware). Perangkat keras merupakan peralatan yang bersifat fisik seperti memori, printer dan keyboard.
Selain sebagai alat bantu pembelajaran yang efektif dan efisien, teknologi informasi juga berperan sebagai media untuk melaksanakan fungsi manajemen pendidikan yang mampu merencanakan, melaksanakan fungsi pendidikan, pengkajian, evaluasi dan juga pengembangan. Melalui penerapan teknologi informasi di lembaga pendidikan, diharapkan tercapai pendidikan yang bermutu.
Hasil grand tour penulis di MAN 1 Merangin diketahui bahwa 1) kurangnya kemampuan guru dalam menerapkan teknologi informasi, padahal media berbasis teknologi informasi ini diperlukan untuk mendukung proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif, 2) sarana dan prasarana belum memadai, Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah komputer, laptop, dan infokus, 3) Keterbatasan tenaga operasional untuk bisa memanfaatkan IT, perlu adanya tenaga khusus yang mengelola media tersebut, karena tidak setiap guru mampu mengoperasikan media tersebut.
Berdasarkan hasil grand tour di atas, penulis tertarik membahas lebih lanjut mengenai penerapan teknologi informasi dalam meningkatkan mutu pendidikan di MAN 1 Merangin. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui 1) bagaimana penerapan teknologi informasi dalam meningkatkan mutu pendidikan di MAN 1 Merangin, 2) apa hambatan dalam penerapan teknologi informasi dalam meningkatkan mutu pendidikan di MAN 1 Merangin.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang dilaksanakan di Madrasasah Aliyah Negeri (MAN) I Merangin. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Moleong dalam Herdiansyah mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti.
Sumber data penelitian meliputi Kepala Sekolah, guru-guru, dan juga siswa. Dalam pengumpulan data di lapangan, penulis menggunakan beberapa metode, antara lain: Observasi, Wawancara, dan Dokumentasi. Observasi digunakan untuk mengamati bagaimana penerapan Tekonologi Informasi dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di MAN 1 Merangin. Wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi tentang Bagaimana penerapan Tekonologi Informasi dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di MAN 1 Merangin. Sedangkan Dokumentasi digunakan untuk menguatkan bukti nyata penerapan Tekonologi Informasi dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Analisis data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan Conclusion Drawing/ Verification.
PEMBAHASAN DAN HASIL
- Penerapan Teknologi Informasi dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
Mutu merupakan suatu hal yang sangat diperlukan. Pendidikan yang bermutu akan menghasilkan masyarakat yang siap bersaing, baik di tingkat nasional maupun internasional. Oleh karena itu, setiap lembaga pendidikan harus melakukan upaya-upaya agar pendidikan yang berkualitas dapat diimplementasikan.
Menurut Mujamil, mutu pendidikan adalah “Kemampuan lembaga pendidikan dalam mendayagunakan sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan kemampuan belajar seoptimal mungkin” . Mutu di bidang pendidikan meliputi mutu input, proses, output, dan outcome. Input pendidikan dinyatakan bermutu jika siap berproses. Proses pendidikan bermutu apabila mampu menciptakan suasana Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan.
Fadhli mengatakan upaya peningkatan mutu pendidikan merupakan hal yang terus menerus menjadi bahan kajian dalam mengelola pendidikan, dimana hal ini akan menjadi usaha yang harus diupayakan sehingga harapannya dapat menghasilkan kualitas pendidikan yang siap bersaing.
Menurut Edward Sallis dalam bukunya Total Quality Management in Education, mutu adalah sebuah hal yang berhubungan dengan gairah dan harga diri. Bagi setiap institusi, mutu adalah agenda utama dan meningkatkan mutu adalah tugas yang paling penting. Meskipun demikian, ada sebagian orang yang menganggap mutu sebagai sebuah konsep yang penuh dengan teka-teki. Mutu dianggap sebagai suatu hal yang membingungkan dan sulit di ukur. Mutu dalam pandangan orang terkadang bertentangan dengan mutu dalam pandangan orang lain, jadi tidak aneh jika ada dua pakar yang tidak memiliki kesimpulan yang sama tentang bagaimana menciptakan institusi yang baik.
Menurut Moh. Saifulloh jika sebuah institusi atau sekolah hendak meningkatkan mutu pendidikan terdapat beberapa faktor yang harus dilibatkan antara lain:
- Kepala sekolah, haruslah dapat memahami visi dan misi yang ada sehingga nantinya mampu menyalurkan maksud dari visi tersebut ke stackholder yang ada di sekolah.
- Terlibatnya guru secara maksimal kepada para siswa dengan meningkatkan kompetensi dan profesi guru melalui pelatihan, lokakarya maupun workshop yang kemudian dapat diterapkan di sekolah.
- Meningkatkan kreatifitas siswa melalui beberapa kegiatan yang berhubungan dengan pengembangan bahan ajar sesuai kurikulum yang digunakan sehingga nantinya siswa dapat memiliki kreatifitas dan inovasi dalam proses belajar mengajar.
- Kurikulum yang digunakan haruslah dinamis dinama dapat menyesuaikan perkembangan jaman yang nanti dapat melaksanakan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
- Jaringan kerjasama dimana diharapkan nantinya kerjasama tidak hanya antara sekolah dengan masyarakat saja, tetapi kerjasama dengan beberapa perusahaan dan pemerintahan sehingga dapat melihat kebutuhan lulusan yang diperlukan dalam dunia kerja.
Kepala sekolah harus memiliki dan memahami visi kerja secara jelas, mampu dan mau bekerja keras, mempunyai dorongan kerja yang tinggi, tekun dan tabah dalam bekerja, memberikan layanan yang optimal, dan disiplin kerja yang kuat. Pendekatan yang harus dilakukan adalah “anak sebagai pusat “sehingga kompetensi dan kemampuan siswa dapat digali sehingga sekolah dapat menginventarisir kekuatan yang ada pada siswa.
Peningkatan mutu pendidikan tidak bisa lepas dari berbagai inovasi dan kreatifitas pengembangan, baik itu dalam hal penggunaan bahan ajar serta proses pembelajaran yang dilakukan. Seiring dengan perkembangan zaman, proses pendidikan tidak bisa lepas dari perkembangan teknologi informasi. Ananta Sannai di dalam buku Rusman, mendefinisikan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sebuah media atau alat bantu dalam memperoleh pengetahuan antara seseorang kepada orang lain. Lebih lanjut lagi Kementerian Riset dan Teknologi menyebutkan bahwa teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai bagian dari ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang secara umum adalah semua teknologi yang berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi.
Teknologi informasi dapat dijadikan sebagai sebuah sistem untuk mewujudkan situasi belajar yang lebih efektif serta efisien, sehingga guru dapat lebih mengoptimalkan jam pembelajaran tatap muka di kelas ke arah hal yang lebih bermanfaat tidak hanya sebatas pada pemaparan materi yang mana seharusnya hal tersebut bisa dibuat dalam bentuk tulisan sederhana dan dibagikan melalui website, blog atau e-mail kepada para siswa.
Diantara manfaat penerapan teknologi informasi dalam proses pembelajaran sebagai berikut:
- Memudahkan guru dan siswa dalam mencari sumber belajar alternatif.
- Bagi siswa dapat memperjelas materi yang telah disampaikan oleh guru, karena di samping disertai gambar juga ada animasi menarik.
- Dapat berlatih soal dengan memanfaatkan uji kompetensi.
- Cara belajar lebih efisien.
- Wawasan bertambah.
- Meringankan dalam membuat contoh soal.
- Mengetahui dan mengikuti perkembangan materi dan info-info lain yang berhubungan dengan bidang studi.
- Membantu siswa dalam mempelajari materi secara individu selain di sekolah.
Penerapan teknologi informasi dalam pendidikan dapat berupa pemanfaatan sarana multimedia dan media internet dalam proses pembelajaran. Pemanfaatan sarana multimedia dalam proses pembelajaran diwujudkan melalui modul-modul pembelajaran yang lebih interaktif dan menarik minat pembelajar, misalnya penggunaan flash, adanya penjelasan melalui media suara/audio dan penambahan fitur-fitur yang dapat meningkatkan partisipasi aktif dari pembelajar. Sedangkan dengan pemanfaatan media internet dalam proses pembelajaran diharapkan akan mempermudah pembelajar dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan, sehingga diharapkan pembelajar akan aktif mencari informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan.
Hasil penelitian di MAN 1 Merangin menunjukkan bahwa penerapan teknologi informasi belum dilakukan secara maksimal. Mayoritas guru masih sebatas menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi informasi seperti membuat powerpoint dan melakukan presentasi menggunakan laptop dan layar infokus. Guru belum memanfaatkan email, website ataupun blog dalam proses pembelajaran maupun untuk mendukung kepentingan pelaksanaan pembelajaran.
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan telah diamanatkan dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, dalam permendiknas tersebut dinyatakan bahwa seorang guru harus memiliki kemampuan untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri.
Pemanfaatan internet dalam pembelajaran diharapkan dapat merangsang siswa untuk belajar secara lebih mandiri serta berkelanjutan sesuai dengan kecakapan serta potensi alami yang dimiliki. Pengembangan kreativitas serta kemandirian peserta didik juga terbuka sangat lebar dengan menjadikan internet sebagai sebuah sistem pembelajaran baru. Pemanfaatan internet sebagai sebuah sistem pembelajaran cukup bermanfaat untuk mengurangi jarak antara guru dan siswa. Dengan e-mail, guru dapat menyampaikan pesan kepada siswa tanpa dibatasi waktu dan tempat, siswa juga dapat melakukan konsultasi kapan saja dan dari mana saja.
- Faktor Penghambat Penerapan Teknologi Informasi
Guru memegang peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, oleh karena itu pengetahuan, keterampilan serta penguasaan teknologi informasi dan komunikasi guna mendukung proses pembelajaran menjadi sesuatu hal yang penting untuk diketahui oleh guru saat ini. Berbagai upaya harus terus dilakukan agar tenaga pendidik dapat meningkatkan kompetensinya sehingga mampu mengembangkan materi pembelajaran secara lebih kreatif dan mengikuti perkembangan teknologi yang ada.
Penerapan teknologi informasi dalam pendidikan memang mempunyai masalah tersendiri, seperti kurangnya kompetensi di bidang ICT, susahnya menyediakan perangkat ICT, kurangnya tenaga ahli yang dapat mengoperasikan perangkat, Sedikitnya dana yang disediakan untuk memenuhi penerapan ICT. Terbatasnya fasilitas, dan lain sebagainya.
Hasil penelitian di MAN 1 Merangin dapat penulis ketahui beberapa faktor penghambat penerapan teknologi informasi sebagai berikut:
- Sarana dan prasarana pendukung di sekolah masih belum memadai.
- Kurangnya kompetensi guru dalam memanfaatkan berbagai fasilitas TIK yang telah disediakan oleh pihak sekolah hal ini terkadang dipengaruhi juga oleh faktor usia serta kompetensi guru yang bersangkutan, dari segi usia terkadang guru yang sudah berumur kesulitan untuk mengikuti derasnya perkembangan arus teknologi informasi dan komunikasi yang pada akhirnya membuatnya kewalahan dalam memanfaatkan perangkat tersebut dalam mendukung materi yang diajarkan.
- Guru merasa terbebani untuk bisa mengajar dengan memanfaatkan media pengajaran, hal ini dikarenakan dengan media pengajaran guru dituntut harus lebih kreatif serta persiapan pengajaran lebih matang. Sebelum mengajar menggunakan media, guru sudah harus mencobanya sehingga ketika dikelas guru sudah terbiasa dan tidak canggung lagi, guru perlu menyiapkan waktu yang lebih lama serta tenaga lebih agar media pembelajaran yang disiapkan bisa berjalan dengan baik.
- Keterbatasan biaya dan tenaga operasional. Untuk bisa memanfaatkan ICT perlu adanya tenaga khusus yang mengelola media tersebut, karena kadang guru senior masih belum mahir mengoperasikan media tersebut.
- Dalam proses pembelajaran daring selama pandemi covid, siswa banyak yang tinggal di pelosok yang tidak ada signal.
- Kepala Sekolah mengupayakan untuk melengkapi sarana dan prasarana berbasis teknologi informasi.
- Menyediakan laptop bagi guru yang belum memiliki laptop pribadi.
- Memberikan motivasi kepada guru-guru secara personal untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
- Mengikutsertakan guru-guru dalam workshop maupun pelatihan-pelatihan untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pelaksanaan pembelajaran, baik pelatihan yang dilaksanakan secara mandiri maupun pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak lainnya.
Menurut Mahmud dalam bukunya yang berjudul ICT Untuk Sekolah Unggul, terdapat beberapa persyaratan agar dapat menerapkan pembelajaran berbasis teknologi informasi sebagai berikut:
- Guru dan siswa harus memiliki akses terhadap teknologi digital dan internet dalam kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan. Ini berarti sekolah harus memiliki sarana prasarana yang memadai yang berkaitan dengan teknologi informasi dan komunikasi, seperti tersedianya komputer/laptop, jaringan internet, laboratorium komputer, peralatan multimediaseperti CD, DVD, dan infocus.
- Harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural bagi guru dan siswa. Materi-materi ini dapat berupa materi pembelajaran interaktif yang berbantuan computer/laptop, seperti CD, DVD dan infocus dalam pembelajaran interaktif.
- Guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan alat-alat dan sumber-sumber digital dalam kegiatan belajar mengajar agar tercapai Standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
- Harus tersedianya anggaran atau dana yang cukup untuk untuk mengadakan, mengembangkan dan merawat sarana prasarana Teknologi Informasi dan Komunikasi tersebut.
- Dan yang tidak kalah penting adalah, adanya kemauan dan dukungan dari semua pihak, dalam hal ini kepala sekolah, guru, dan peserta didik untuk menerapkan pembelajaran dengan dukungan teknologi komunikasi dan informasi tersebut.
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) I Merangin didirikan pada tahun 1981 yang beralamat di Jalan MAN Kelurahan Pasar Atas Bangko Kabupaten Merangin. MAN 1 Merangin memiliki visi “Terwujudnya Madrasah Aliyah Negeri I Merangin sebagai pusat pengkajian ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlandaskan Iman dan Taqwa menuju Masyarakat Madani”. Untuk mewujudkan visi tersebut, MAN 1 Merangin memiliki misi sebagai berikut:
- Meningkatkan Mutu Kompetensi Akademik dan Non Akademik.
- Menumbuh kembangkan kwalitas potensi diri siswa secara optimal, sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
- Mewujudkan lingkungan MAN I Merangin yang kondusif dan transparan.
- Menerapkan Manajemen partisipasi dan pelayanan prima dengan melibatkan Komite Madrasah dan semua masyarakat yang peduli terhadap pendidikan.
Jumlah tenaga pendidik di MAN I Merangin sebanyak 31 Orang, terdiri dari laki-laki sebanyak 13 orang dan perempuan sebanyak 18 orang. Ada guru yang disamping mengajar juga menjadi Kepala, Wakil Kepala, sebagai Wali Kelas, dan ada pula yang hanya mengajar saja. Disamping itu ada guru tetap dan ada guru yang masih honorer.
Madrasah Aliyah Negeri I Merangin memiliki beberapa prasarana untuk menunjang proses pembelajaran yang terdiri dari beberapa jenis bangunan atau ruangan seperti ruang kelas, ruang BK, Perpustakaan, labor Komputer, labor IPA, dan lain sebagainya. MAN 1 Merangin juga dilengkapi dengan sarana pendukung seperti infokus, dan juga wifi meskipun tidak untuk diakses secara bebas oleh siswa.
MAN 1 Merangin juga sudah menerapkan proses pendidikan berbasis teknologi informasi, seperti penggunaan LCD Proyektor dan power point. Para guru juga dianjurkan untuk membawa laptop atau notebook dari rumah masing-masing dan menyiapkan bahan pelajaran yang akan dipresentasikan kepada siswa dalam setiap mata pelajaran. Selain itu guru juga diharuskan untuk memanfaatkan fasilitas wattshap, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah siswa dalam mengakses materi dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan materi ajar.
Berdasarkan wawancara penulis dengan salah seorang guru bahasa inggris di MAN 1 Merangin dapat diketahui bahwa selain menggunakan media berbasis teknologi informasi, guru juga sudah menggunakan buku paket elektronik yang bisa dibuka di android atau smartphone masing-masing.
Sedangkan Guru Bahasa Inggris MAN 1 Merangin juga mengatakan bahwa dalam pembelajaran sudah menggunakan media elektronik seperti penggunaan LCD proyektor serta penggunaan dengan microsoft power point. Selain menggunakan media tersebut, para guru juga sudah menggunakan buku paket elektronik yang ditampilkan pada media android dan smartphone.
Hal yang senada dikemukakan oleh guru bahasa Indonesia bahwa guru-guru di MAN 1 Merangin sudah menggunakan beberapa perangkat media pembelajaran berbasis teknologi informasi. Guru-guru menggunakan proyektor dalam penyampaian materi dan tidak selalu menggunakan metode ceramah, dalam pengembangan bahan ajar untuk menghasilkan pembelajaran yang kreatif dan inovatif kepada para siswa MAN I Merangin, sudah menerapkan kurikulum 2013.
Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa salah satu penerapan teknologi informasi di MAN 1 Merangin adalah dengan menerapkan media pembelajaran berbasis IT seperti media power point. Namun untuk pemanfaatan internet dalam proses pembelajaran masih sangat rendah. Berdasarkan data yang didapatkan pada saat pelaksanaan penelitian dapat disampaikan bahwa mayoritas guru di MAN 1 Merangin belum menggunakan e-mail maupun website sebagai sebuah sistem pembelajaran serta sarana komunikasi kepada para siswa maupun untuk mendukung kepentingan pelaksanaan pembelajaran seperti penugasan maupun yang lainnya. Pemanfaatan internet hanya sebatas pada kegiatan browsing guna keperluan mencari tambahan materi yang akan disampaikan atau mencari informasi-informasi lain.
Penerapan teknologi informasi di MAN 1 Merangin juga dapat dilihat dari sistem penerimaan siswa baru. Siswa dapat melakukan pendaftaran secara online, terutama sejak adanya covid 19. Rapat majelis guru juga sering dilakukan secara daring. Adapun faktor pendukung untuk penerapan teknologi informasi di MAN 1 Merangin sebagai berikut:
- Adanya pelatihan bagi guru mengenai pembuatan RPP, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran, dan pembuatan media pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi;
- Kepala sekolah menyediakan fasilitas fisik berupa penyediaan unit komputer, pemasangan LCD proyektor, dan menyediakan media pembelajaran interaktif;
- Mengkoordinasikan berbagai pihak, guru, karyawan, dan orang tua siswa untuk pemanfaatan teknologi informasi sebagai media komunikasi dalam meningkatkan kualitas pendidikan secara umum.
Beberapa faktor penghambat penerapan teknologi informasi di MAN I Merangin yaitu:
- Masalah teknis, listrik yang sering padam secara tiba-tiba dan tidak stabilnya jaringan internet, dirasa sangat mengganggu berbagai perencanaan yang telah dibuat oleh guru-guru.
- Sarana dan prasarana pendukung di sekolah masih belum memadai.
- Kurangnya kompetensi guru dalam memanfaatkan teknologi informasi dalam proses pembelajaran. Hal ini dipengaruhi juga oleh faktor usia. Guru-guru yang sudah berumur terkadang kesulitan mengikuti derasnya perkembangan arus teknologi informasi dan komunikasi
- Guru merasa terbebani untuk bisa mengajar dengan memanfaatkan media pengajaran, hal ini dikarenakan dengan media pengajaran guru dituntut harus lebih kreatif serta persiapan pengajaran lebih matang.
- Keterbatasan biaya dan tenaga operasional. Untuk bias memanfaatkan ICT perlu adanya tenaga khusus yang mengelola media tersebut.
KESIMPULAN
Seiring dengan perkembangan zaman, proses pendidikan tidak bisa lepas dari perkembangan teknologi informasi. Teknologi informasi dapat dijadikan sebagai sebuah sistem untuk mewujudkan situasi belajar yang lebih efektif dan efisien. Penerapan teknologi informasi dalam meningkatkan mutu pendidikan berupa penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi seperti elektronik power point, LCD proyektor, dan juga buku paket elektronik.
Hambatan penerapan teknologi informasi diantaranya kurangnya sarana dan prasarana pendukung, kurangnya kompetensi guru dalam memanfaatkan berbagai fasilitas TIK, keterbatasan biaya dan juga tenaga operasional. Beberapa upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah meliputi: melengkapi sarana dan prasarana, Memberikan motivasi kepada guru-guru, dan Mengikutsertakan guru-guru dalam workshop maupun pelatihan-pelatihan.
DAFTAR PUSTAKA
Ariyani, Rika dan Replianis, Manajemen Peserta Didik, Jambi: Salim Media Indonesia, 2019.
Fadhli, M. (2017). Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan. Jurnal Studi Manajemen Pendidikan, 1(2). Retrieved from http://dx.doi.org/10.29240/jsmp.v1i2.295
Herdiansyah, Haris, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika, 2010.
Husain, Chaidar, Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran diSMA Muhammadiyah Tarakan, Jurnal Kebijakan dan Pengembangan PendidikanVolume 2, Nomor 2, Juli 2014, hal. 187
Kadir, Abdul, Pengenalan Sistem Informasi, Yogyakarta : Andi, 2003.
Moh. Saifulloh. (2012). Strategi peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Jurnal Sosial Humaniora, 5(2), 206–218.
Mahmud, Roslaini, ICT Untuk Sekolah Unggul, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Sallis, Edward, Total Quality Management in Education. (IRCiSoD; Yogyakarta, 2015.
*Artikel ini telah diterbitkan oleh Jurnal Mikraf STAI Maarif Jambi
Baca juga:
Cara menulis jurnal dari Tesis/Skripsi
Ringkasan Disertasi Tentang manajemen laboratorium komputer
Selengkapnya dapat dilihat di:
http://jurnal.staimaarifjambi.ac.id/index.php/Mikraf/article/view/53
Semoga bermanfaat...
Post a Comment for "Penerapan Teknologi Informasi Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Di Man 1 Merangin"