Metode dan Model Supervisi Pendidikan
METODE DAN MODEL SUPERVISI PENDIDIKAN |
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan bidang yang sangat vital dan berperan dalam kemajuan dan perkembangan manusia pada khusunya dan bangsa pada umumnya. Kemajuan dalam bidang pendidikan akan menentukan kualitas sumber daya manusia dan perkembangan bangsa ke arah lebih baik dan maju. Peningkatan kualitas pendidikan tidaklah mudah dan membutuhkan waktu yang panjang dan keterlibatan berbagai komponen dan elemen. Semua komponen dan elemen harus mendapatkan pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan agar dapat membantu memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan mutu pendidikan.
Guru memiliki peran yang sangat besar dalam meningkatkan mutu pendidikan. Apabila ada guru yang kurang profesional, maka sangat dibutuhkan bimbingan dan arahan dari orang lain atau supervisor dalam memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi untuk mencapai tujuan pendidikan. Sehingga peran guru yang sangat besar dalam meningkatkan mutu pendidikan akan dapat tercapai jika semua permasalahan yang dihadapi oleh para guru dapat dipecahkan dengan baik.
Aktivitas supervisi sekolah penting dalam peningkatan kualitas guru pada khususnya dan peningkatan mutu pendidikan pada umumnya. Terdapat banyak metode dan model yang bisa dijadikan acuan untuk melakukan supervisi pendidikan. Metode dan model itu tentunya memiliki peran masing-masing dalam peningkatan mutu pendidikan. Guru harus memiliki metode dalam pelaksanaan supervisi pendidikan.
Enco Mulyasa mengatakan bahwa peningkatan sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan, salah satu wahana untuk peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan, sehingga kualitas pendidikan harus senantiasa ditingkatkan. Salah satu elemen pendidikan yang mempunyai peran penting dalam mencapai tujuan agung pendidikan tersebut ialah supervisi. Pelaksanaan supervisi pendidikan dilakukan dalam bentuk “inspeksi” yang cenderung “mencari kesalahan” guru dalam melaksanakan tugas mengajarnya, maka dalam pandangan modern dewasa ini, supervisi adalah usaha untuk memperbaiki situasi belajar mengajar, yaitu supervisi pendidikan sebagai bantuan bagi guru dalam meningkatkan kualitas mengajar untuk membantu peserta didik agar lebih baik dalam belajar.Mengacu pada pemikiran di atas, maka dalam makalah akan dibahas beberapa metode dan model supervisi pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulisan makalah ini dapat dirumuskan ke dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
- Apakah Pengertian Supervisi Pendidikan?
- Apakah Metode Dan Teknik Supervisi Pendidikan?
- Apa Saja Model Supervisi Pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
- Untuk Mengetahui Pengertian Supervisi Pendidikan.
- Untuk Mengetahui Metode Dan Teknik Supervisi Pendidikan
- Untuk Mengetahui Model Supervisi Pendidikan.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Supervisi Pendidikan
Supervisi berasal dari dua kata, yaitu “super” dan “vision”. Dalam Webstr’s New World Dictionari istilah super berarti “higher in rank or position than, superior to (superintendent), a greater or better than others”. Sedangkan kata vision berarti “the ability to perceive something not actually visible, as through mental acutness or keen foresight.
Menurut Purwanto yang dikutip oleh Donni Juni, supervisi ialah suatu aktifitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan secara efektif.[1] Manullang menyatakan bahwa supervisi merupakan suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula. Supervisi merupakan usaha memberi pelayanan agar guru menjadi lebih profesional dalam menjalankan tugas melayani peserta didiknya.[2]
Sedangkan Rifa’i merumuskan istilah supervisi sebagai pengawasan profesional, sebab hal ini disamping bersifat lebih spesifik juga melakukan pengamatan terhadap pengawasan akademik yang mendasarkan pada kemampuan ilmiah, dan pendekatannya pun bukan lagi pengawasan manajemen biasa yang bersifat human, tetapi lebih bersifat menuntut kemampuan profesional yang demokratis dan humanistik oleh para pengawas pendidikan.[3]
Sedangkan istilah supervisi dalam kelembagaan pendidikan diidentikkan dengan supervisi pengawasan profesional, hal ini tentu dihadapkan pada berbagai peristiwa dan kegiatan, contoh jika pengawasan dilakukan oleh kepala sekolah, maka pengawasan dilakukan untuk melihat kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran terhadap siswa, namun jika supervisi dilaksanakan oleh pengawas satuan pendidikan, maka kepala sekolah dalam konteks kelembagaan jelas menjadi tujuan utama dalam meningkatkan mutu pendidikan secara menyeluruh.
Menurut N.A Ametembun, Supervisi pendidikan adalah pembinaan ke arah perbaikan situasi pendidikan. Pendidikan yang dimaksudkan berupa bimbingan atau tuntutan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya, dan peningkatan mutu mengajar dan belajar pada khususnya.[4]
Misi utama supervisi pendidikan adalah memberi pelayanan kepada guru untuk mengembangkan mutu pembelajaran, memfasilitasi guru agar dapat mengajar dengan efektif. Melakukan kerjasama dengan guru atau anggota staf lainnya untuk meningkatkan mutu pembelajaran, mengembangkan kurikulum, serta meningkatkan pertumbuhan professional semua anggotanya. Supervisi hadir karena satu alasan untuk memperbaiki belajar mengajar. Oteng Sutisna dalam dadang suhardan, menyatakan bahwa supervisi hadir untuk membimbing pertumbuhan kemampuan dan kecakapan profesional guru. Bilamana guru memperoleh pembinaan dan kemudian menyadari pentingnya meningkatkan kemampuan diri, guru tumbuh dan makin bertambah mampu dalam menjalankan tugasnya. Proses belajar peserta didik akan menerima dampak lebih baik karena kecakapan guru mengolah pembelajaran makin sempurna, murid juga akan belajar berkembang lebih pesat.[5]
Kegiatan supervisi digunakan untuk memajukan pembelajaran melalui pertumbuhan kemampuan guru-gurunya. Supervisi mendorong guru menjadi lebih berdaya, dan situasi belajar mengajar menjadi lebih baik, pengajaran menjadi efektif, guru menjadi lebih puas dalam melaksanakan pekerjaannya. Kepala sekolah sebagai pelaksana supervisi harus mampu membimbing guru-guru secara efisien yang dapat menanamkan kepercayaan, menstimulir dan membimbing penelitian profesional, usaha kooperatif yang dapat menunjukkan kemampuannya membantu guru dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu mengadakan studi dan pembinaan profesional dalam rangka peningkatan kualitas mengajar dan mutu pembelajaran.
Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa supervisi pendidikan adalah suatu aktifitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.
B. Metode Dan Teknik Supervisi Pendidikan
Metode dalam konteks pengawasan merupakan suatu cara yang ditempuh oleh pengawas pendidikan guna merumuskan tujuan yang hendak dicapai baik oleh sistem perorangan maupun kelembagaan pendidikan itu sendiri. Dengan kata lain metode adalah sarana untuk mencapai tujuan. Setiap metode memiliki teknik-teknik tertentu yang sesuai dengan tujuan yang harus dicapainya. Berikut ini akan diuraikan tentang metode supervisi pendidikan:
1. Metode Supervisi Manajerial
Supervisi manajerial adalah berupa kegiatan pemantauan, pembinaan dan pengawasan terhadap kepala sekolah dan seluruh elemen sekolah lainnya di dalam mengelola, mengadministrasikan dan melaksanakan seluruh aktivitas sekolah, sehingga dapat berjalan dengan efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan sekolah serta memenuhi standar pendidikan nasional. Berikut metode supervisi manajerial yang dapat dikembangkan oleh para pengawas sekolah :
1) Monitoring dan Evaluasi
Metode utama yang mesti dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan dalam supervisi tentu saja adalah monitoring dan evaluasi.
Monitoring adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan penyelenggaraan sekolah, apakah sudah sesuai dengan rencana, program, dan/atau standar yang telah ditetapkan, serta menemukan hambatan-hambatan yang harus diatasi dalam pelaksanaan program .[6]
Monitoring lebih berpusat pada pengontrolan selama program berjalan. Melalui monitoring, dapat diperoleh umpan balik bagi sekolah atau pihak lain yang terkait untuk menyukseskan ketercapaian tujuan. Aspek-aspek yang dicermati dalam monitoring adalah hal-hal yang dikembangan dan dijalankan dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS). Dalam melakukan monitoring ini tentunya pengawas harus melengkapi diri dengan parangkat atau daftar isian yang memuat seluruh indikator sekolah yang harus diamati dan dinilai.
Sedangkan kegiatan evaluasi ditujukan untuk mengetahui sejauhmana kesuksesan pelaksanaan penyelenggaraan sekolah atau sejauhmana keberhasilan yang telah dicapai dalam kurun waktu tertentu. Tujuan evaluasi utamanya adalah untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan program, mengetahui keberhasilan program, mendapatkan bahan/masukan dalam perencanaan tahun berikutnya, dan memberikan penilaian (judgement) terhadap sekolah.
2) Refleksi dan Focused Group Discussion
Sesuai dengan paradigma baru manajemen sekolah yaitu pemberdayaan dan partisipasi, maka judgement keberhasilan atau kegagalan sebuah sekolah dalam melaksanakan program atau mencapai standar bukan hanya menjadi otoritas pengawas. Hasil monitoring yang dilakukan pengawas hendaknya disampaikan secara terbuka kepada pihak sekolah, terutama kepala sekolah, wakil kepala sekolah, komite sekolah dan guru. Secara bersama-sama pihak sekolah dapat melakukan refleksi terhadap data yang ada, dan menemukan sendiri faktor-faktor penghambat serta pendukung yang selama ini mereka rasakan.
Forum untuk ini dapat berbentuk Focused Group Discussion (FGD), yang melibatkan unsur-unsur stakeholder sekolah. Diskusi kelompok terfokus ini dapat dilakukan dalam beberapa putaran sesuai dengan kebutuhan. Tujuan dari FGD adalah untuk menyatukan pandangan stakeholder mengenai realitas kondisi (kekuatan dan kelemahan) sekolah, serta menentukan langkah-langkah strategis maupun operasional yang akan diambil untuk memajukan sekolah. Peran pengawas dalam hal ini adalah sebagai fasilitator sekaligus menjadi narasumber apabila diperlukan, untuk memberikan masukan berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya.
3) Metode Delphi
Metode Delphi dapat digunakan oleh pengawas dalam membantu pihak sekolah merumuskan visi, misi dan tujuannya. Sesuai dengan konsep MBS, dalam merumuskan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) sebuah sekolah harus memiliki rumusan visi, misi dan tujuan yang jelas dan realistis yang digali dari kondisi sekolah, peserta didik, potensi daerah, serta pandangan seluruh stakeholder.
Sejauh ini kebanyakan sekolah merumuskan visi dan misi dalam susunan kalimat “yang bagus”, tanpa dilandasi oleh filosofi dan penda- laman terhadap potensi yang ada. Akibatnya visi dan misi tersebut tidak realistis, dan tidak memberikan inspirasi kepada warga sekolah untuk mencapainya.
Metode Delphi merupakan cara yang efisien untuk melibatkan banyak stakeholder sekolah tanpa memandang faktor-faktor status yang sering menjadi kendala dalam sebuah diskusi atau musyawarah. Misalnya sekolah mengadakan pertemuan bersama antara sekolah, dinas pendidikan, tokoh masyarakat, orang murid dan guru, maka biasanya pembicaraan hanya didominasi oleh orang-orang tertentu yang percaya diri untuk berbicara dalam forum. Selebihnya peserta hanya akan menjadi pendengar yang pasif.
Metode Delphi dapat disampaikan oleh pengawas kepada kepala sekolah ketika hendak mengambil keputusan yang melibatkan banyak pihak. Langkah-langkahnya menurut Gorton adalah sebagai berikut:[8]
- Mengidentifikasi individu atau pihak-pihak yang dianggap memahami persoalan dan hendak dimintai pendapatnya mengenai pengembangan sekolah;
- Masing-masing pihak diminta mengajukan pendapatnya secara tertulis tanpa disertai nama/identitas;
- Mengumpulkan pendapat yang masuk, dan membuat daftar urutannya sesuai dengan jumlah orang yang berpendapat sama;
- Menyampaikan kembali daftar rumusan pendapat dari berbagai pihak tersebut untuk diberikan urutan prioritasnya.
- Mengumpulkan kembali urutan prioritas menurut peserta, dan menyampaikan hasil akhir prioritas keputusan dari seluruh peserta yang dimintai pendapatnya.
4) Workshop
Workshop atau lokakarya merupakan salah satu metode yang dapat ditempuh pengawas dalam melakukan supervisi manajerial. Metode ini tentunya bersifat kelompok dan dapat melibatkan beberapa kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan/atau perwakilan komite sekolah. Penyelenggaraan workshop ini tentu disesuaikan dengan tujuan atau urgensinya, dan dapat diselenggarakan bersama dengan Kelompok Kerja Kepala Sekolah atau organisasi sejenis lainnya. Sebagai contoh, pengawas dapat mengambil inisiatif untuk mengadakan workshop tentang pengembangan KTSP, peran serta masyarakat, sistem penilaian dan sebagainya.
2. Supervisi Akademik
Supervisi akademik ditujukan untuk membantu guru meningkatkan pembelajaran, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan belajar siswa. Sesuai dengan tujuannya tersebut maka istilah yang sering digunakan adalah supervisi pengajaran (instructional supervision).
Terdapat beberapa metode dan teknik supervisi yang dapat dilakukan pengawas. Metode-metode tersebut dibedakan antara yang bersifat individual dan kelompok.
a. Supervisi Individual
Supervisi individual di sini adalah pelaksanaan supervisi yang diberikan kepada guru tertentu yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan. Supervisor di sini hanya berhadapan dengan seorang guru yang dipandang memiliki persoalan tertentu. Teknik-teknik supervisi yang dikelompokkan sebagai teknik individual meliputi :
- Kunjungan kelas. Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah, pengawas, dan pembina lainnya dalam rangka mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar sehingga memperoleh data yang diperlukan dalam rangka pembinaan guru. Tujuan kunjungan ini adalah semata-mata untuk menolong guru dalam mengatasi kesulitan atau masalah mereka di dalam kelas.
- Observasi Kelas. Observasi kelas secara sederhana bisa diartikan melihat dan memperhatikan secara teliti terhadap gejala yang nampak. Observasi kelas adalah teknik observasi yang dilakukan oleh supervisor terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Tujuannya adalah untuk memperoleh data seobyektif mungkin mengenai aspek-aspek dalam situasi belajar mengajar, kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam usaha memperbaiki proses belajar mengajar.
Pelaksanaan observasi kelas ini melalui beberapa tahap, yaitu: (1) persiapan observasi kelas; (2) pelaksanaan observasi kelas; (3) penutupan pelaksanaan observasi kelas; (4) penilaian hasil observasi; dan (5) tindak lanjut. Dalam melaksanakan observasi kelas ini, sebaiknya supervisor menggunakan instrumen observasi tertentu, antara lain berupa evaluative check-list, activity check-list.
c) Pertemuan Individual
Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran antara pembina atau supervisor guru, guru dengan guru, mengenai usaha meningkatkan kemampuan profesional guru. Tujuannya adalah: (1) memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan yang dihadapi; (2) mengembangkan hal mengajar yang lebih baik; (3) memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada diri guru; dan (4) menghilangkan atau menghindari segala prasangka yang bukan-bukan.
d) Kunjungan Antar Kelas
Kunjungan antarkelas dapat juga digolongkan sebagai teknik supervisi secara perorangan. Guru dari yang satu berkunjung ke kelas yang lain dalam lingkungan sekolah itu sendiri. Dengan adanya kunjungan antarkelas ini, guru akan memperoleh pengalaman baru dari teman sejawatnya mengenai pelaksanaan proses pembelajaran pengelolaan kelas, dan sebagainya.
Agar kunjungan antarkelas ini betul-betul bermanfaat bagi pengem- bangan kemampuan guru, maka sebelumnya harus direncanakan dengan sebaik-baiknya. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh supervisor apabila menggunakan teknik ini dalam melaksanakan supervisi bagi guru-guru.
e) Menilai Diri Sendiri
Menilai diri sendiri merupakan satu teknik individual dalam supervisi pendidikan. Penilaian diri sendiri merupakan satu teknik pengembangan profesional guru. Penilaian diri sendiri memberikan informasi secara obyektif kepada guru tentang peranannya di kelas dan memberikan kesempatan kepada guru mempelajari metoda pengajarannya dalam mempengaruhi murid. Semua ini akan mendorong guru untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya. Nilai diri sendiri merupakan tugas yang tidak mudah bagi guru. Untuk mengukur kemampuan mengajarnya, di samping menilai murid-muridnya, juga menilai dirinya sendiri
3. Supervisi Kelompok
Supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Teknik-teknik supervisi yang dikelompokkan sebagai supervisi kelompok meliputi :
a. Rapat Guru
Rapat Guru adalah teknik supervisi kelompok melalui rapat guru yang dilakukan untuk membicarakan proses pembelajaan, dan upaya atau cara meningkatkan profesi guru. Pada saat rapat guru berlangsung, kepala sekolah diharapkan memiliki kemampuan yang tinggi dalam: a) menciptakan situasi yang baik dan menjadi pendengar yang baik terhadap pendapat atau saran dari peserta; b) menguasai ruang lingkup masalah atau materi yang dibicarakan dalam rapat dan menghadapkan masalah yang sudah direncanakan kepada peserta untuk dibahas serta dicari alternatif pemecahannya; c) menumbuhkembangkan motivasi pada diri peserta untuk berpartisipasi secara aktif selama rapat berlangsung, dan berusaha membantu mereka, terutama yang kurang berpengalaman dalam mengemukakan ide dan pendapat.
b. Pertemuan orientasi
Pertemuan orientasi adalah pertemuan kepala sekolah dengan guru yang bertujuan menghantar guru tersebut memasuki suasana kerja yang baru. Pada pertemuan orientasi, kepala sekolah memberikan penjelasan mengenai hal-hal penting yang perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas pengajaran. Setelah kepala sekolah memberikan penjelasan yang penting, selanjutnya kepala sekolah meminta masukan dari guru mengenai apa saja yang perlu dilakukan unstuck memperbaiki kinerjanya. Dengan adanya pertemuan orientasi, diharapkan secara dini, guru terhindar dari berbagai masalah yang mungkin dihadapi dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini dapat tercapai mengingat pertemuan orientasi akan memberikan kesempatan bagi guru unstuck mengemban tugas dan tanggungjawabnya dalam melaksanakan peranannya sebagai tenaga pendidikan.
c. Studi Kelompok Antar Guru
Guru-guru dalam mata pelajaran sejenis berkumpul bersama untuk mempelajari suatu masalah atau sejumlah bahan pelajaran. Topik yang akan dibahas dalam kegiatan ini telah dirumuskan dan disepakati terlebih dahulu.Pokok bahasan telah ditentukan dan diperinci dalam garis-garis besar atau dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan pokok yang telah disusun secara teratur.
d. Diskusi
Diskusi adalah pertukaran pikiran atau pendapat melalui suatu percakapan tentang suatu masalah untuk mencari alternatif pemecahannya. Diskusi merupakan salah satu teknik supervisi kelompok yang digunakan supervisor untuk mengembangkan berbagai ketrampilan pada diri para guru dalam mengatasi berbagai masalah atau kesulitan dengan cara melakukan tukar pikiran antara satu dengan yang lain. Melalui teknik ini supervisor dapat membantu para guru untuk saling mengetahui, memahami, atau mendalami suatu permasalahan, sehingga secara bersama-sama akan berusaha mencari alternatif pemecahan masalah tersebut.[9] Tujuan pelaksanaan supervisi diskusi adalah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi guru dalam pekerjaannya sehari-hari dan upaya meningkatkan profesi melalui diskusi.
e. Workshop
Workshop adalah suatu kegiatan belajar kelompok yang terjadi dari sejumlah pendidik yang sedang memecahkan masalah melalui percakapan dan bekerja secara kelompok. Ciri workshop adalah: 1) menggunakan secara maksimal aktivitas mental dan fisik dalam kegiatannya, sehingga tercapai taraf pertumbuhan profesi yang lebih tinggi dan lebih baik dari semula atau terjadi perubahan yang berarti setelah mengikuti workshop, 2) dilaksanakan berdasarkan kebutuhan bersama, 3) menggunakan narasumber yang memberi bantuan yang besar dalam mencapai hasil, 4) metode yang digunakan adalah metode pemecahan masalah, musyawarah, dan penyelidikan.
f. Tukar menukar pengalaman
Tukar menukar pengalaman adalah suatu teknik perjumpaan di mana guru menyampaikan pengalaman masing-masing dalam mengajar terhadap topik-topik yang sudah diajarkan, saling memberi dan menerima tanggapan dan saling belajar satu dengan yang lain. Langkah-langkah sharring antara lain: 1) menentukan tujuan yang dicapai, 2) menentukan pokok masalah yang akan dibahas dalam bentuk problema, 3) memberikan kesempatan pada setiap peserta unstuck menyumbangkan pendapat mereka, 4) merumuskan kesimpulan sementara dan membahas problema baru.
C. Model Supervisi Pendidikan
Ada beberapa model dalam supervisi pendidikan, yaitu model konvensional (tradisional), model ilmiah, model klinis, dan model artistik.
- Observasi Langsung. Supervisi model ini dapat dilakukan dengan observasi langsung kepada guru yang sedang mengajar melalui prosedur: pra-observasi, observasi, dan post-observasi.
- Observasi Tidak Langsung. Supervisi ini dilaksanakan melalui:
1) Tes dadakan
Sebaiknya soal yang digunakan pada saat diadakan sudah diketahui validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukarannya. Soal yang diberikan sesuai dengan yang sudah dipelajari peserta didik waktu itu.
2) Diskusi kasus
Diskusi kasus berawal dari kasus-kasus yang ditemukan pada observasi Proses Pembelajaran (PBM), laporan-laporan, atau hasil studi dokumentasi. Supervisor dengan guru mendiskusikan kasus demi kasus, mencari akar permasalahan, dan mencari berbagai alternatif jalan keluarnya.
3) Metode angket
Angket ini berisi pokok-pokok pemikiran yang berkaitan erat dan mencerminkan penampilan, kinerja guru, kualifikasi hubungan guru dengan peserta didiknya, dan sebagainya.
2. Model Supervisi Ilmiah
Supervisi yang bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) Dilaksanakan secara berencana dan kontinu, (2) Sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu, (3) Menggunakan instrumen pengumpulan data, (4) Ada data yang objektif yang diperoleh dari keadaan yang riil.
Dengan menggunakan merit rating, skala penilaian atau checklist lalu para siswa atau mahasiswa menilai proses kegiatan belajar-mengajar guru/dosen di kelas. Hasil penelitian diberikan kepada guru-guru sebagai balikan terhadap penampilan mengajar guru pada cawu atau semester yang lalu. Data ini tidak berbicara kepada guru dan guru yang mengadakan perbaikan. Penggunaan alat perekam data ini berhubungan erat dengan penelitian. Walaupun demikian, hasil perekam data secara ilmiah belum merupakan jaminan untuk melaksanakan supervisi yang lebih manusiawi.
3. Model Supervisi Klinis
Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. Supervisi klinis adalah proses membantu guru-guru memperkecil kesenjangan antara tingkah laku rnengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Supervisi klinis mempunyai ciri-ciri antara lain:
a. Inisiatif terhadap apa yang akan disupervisi timbul dari pihak guru bukan dari supervisor.
b. Supervisi dilakukan dengan penuh keakraban dan manusiawi.
c. Hubungan antara supervisor dengan supervisie merupakan hubungan kemitraaan.
4. Model Supervisi Artistik
Mengajar adalah suatu pengetahuan (knowledge), mengajar itu suatu keterampilan (skill), tapi mengajar juga suatu kiat (art). Sejalan dengan tugas mengajar supervisi juga sebagai kegiatan mendidik dapat dikatakan bahwa supervisi adalah suatu pengetahuan, suatu keterampilan dan juga suatu kiat. Supervisi itu menyangkut bekerja untuk orang lain (working for the others), bekerja dengan orang lain (working with the others), bekerja melalui orang lain (working through the others). Dari sinilah disadari bahwa kegiatan supervisi adalah kegiatan menggerakkan orang lain, oleh karenanya dalam supervisi perlu kiat dan seni agar orang lain mau berbuat untuk berubah dari kebiasaan lama kepada kerja baru dalam upaya mencapai kemajuan, inilah yang disebut model artistik.
Dalam hubungan bekerja dengan orang lain maka suatu rantai hubungan kemanusiaan adalah unsur utama. Hubungan manusia dapat tercipta bila ada kerelaan untuk menerima orang lain sebagaimana adanya. Hubungan itu dapat tercipta bila ada unsur kepercayaan. Saling percaya saling mengerti, saling menghormati, saling mengakui, saling menerima seseorang sebagaimana adanya. Hubungan tampak melalui pengungkapan bahasa, yaitu supervisi lebih banyak.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam supervisi pendidikan terdapat metode dan model yang dikembangkan oleh para ahli guna meningkatkan mutu pendidikan. Metode adalah sarana untuk mencapai tujuan. Dapat diartikan bahwa metode supervisi pendidikan adalah sarana yang digunakan oleh supervisor untuk mencapai tujuan pendidikan. Metode supervisi dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu: metode manajerial dan supervisi akademik.
Selain dari metode supervisi pendidikan juga mempunyai model supervisi pendidikan. Model supervisi pendidikan dapat diartikan sebagai pola atau ragam yang digunakan oleh seorang supervisor untuk melakukan kegiatan supervisi di bidang pendidikan. Model-model supervisi pendidikan antara lain ialah: model konvensional (tradisional), model supervisi ilmiah, model supervisi klinis, dan model supervisi artistik.
B. Saran
Sebagai penulis, kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman dan pembaca sekalian. Atas saran dan kritik yang diberikan, kami ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Dadang Suhardan, Program Layanan Supervisi Peningkatan Mutu, Jakarta: Balai Pustaka, 2007.
Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supervisi Dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Bandung: Alfabeta, 2014.
M. Manullang dan Marihot AMH Manullang, Manajemen Personalia, Yogyakarta: UGM Press, 2005.
M. Rifa’i, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, Bandung; Jemmars, 1982.
N.A Ametembun, Guru Dalam Administrasi Pendidikan, Bandung: IKIP, 1981.
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996.
Rohiat, Manajemen Sekolah; Teori Dasar Dan Praktek, Bandung: PT. Refika Aditama, 2008.
Richard A Gorton, School Administration, New York: Wm. C. Brown, 1976.
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: CV. Alfabeta, 2010.
Prasojo dan Sudiyono, Supervisi Pendidikan, Yogyakarta: Gava Media, 2011.
[1] Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supervisi Dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Bandung: Alfabeta, 2014), hal. 83
[2] M. Manullang dan Marihot AMH Manullang, Manajemen Personalia, (Yogyakarta: UGM Press, 2005), hal. 85
[3] M. Rifa’i, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, (Bandung; Jemmars, 1982), hal. 20
[4] N.A Ametembun, Guru Dalam Administrasi Pendidikan, (Bandung: IKIP, 1981), hal. 5
[5] Dadang Suhardan, Program Layanan Supervisi Peningkatan Mutu, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hal. 110
[6] Rohiat, Manajemen Sekolah; Teori Dasar Dan Praktek, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2008), hal. 115
[7] Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), hal. 102
[8] Richard A Gorton, School Administration, (New York: Wm. C. Brown, 1976), hal. 26-27
[9] Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Cv.Alfabeta, 2010), hal. 213
[10] Prasojo dan Sudiyono, Supervisi Pendidikan, (Yogyakarta: Gava Media, 2011), hal. 88
Post a Comment for "Metode dan Model Supervisi Pendidikan"