Resensi Buku Filsafat Ilmu Amsal Bakhtiar
RESENSI BUKU FILSAFAT ILMU
NAMA
BUKU : FILSAFAT ILMU
PENGARANG
: PROF. DR. AMSAL BAKHTIAR, M.A
PENERBIT
: PT RAJAGRAPINDO PERSADA
TAHUN TERBIT : 2014
TEBAL : 250 HALAMAN
OLEH : RIKA ARIYANI
Buku ini berjudul Filsafat Ilmu yang ditulis oleh Prof. DR. Amsal Bakhtiar, MA. Tujuan penulisan buku ini adalah untuk mendorong dan membantu civitas akademika dalam proses perkuliahan tentang Filsafat Ilmu. Selain itu buku ini juga berguna bagi kaum awam untuk menyelami dan memperluas wawasan tentang hakikat ilmu secara filsafat.
Prof. Dr. Amsal Bakhtiar dalam buku Filsafat Ilmu ini membagi pembahasan kedalam 6 bab, di mana setiap bab memiliki kaitan dengan bab lain sebagai satu kesatuan yang saling terkait yaitu filsafat dan ilmu karena keduanya secara substansial maupun historis kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat.
Salah satu pembahasan di dalam buku ini adalah tentang ontologi, epistemologi dan aksiologi.
RESENSI BUKU FILSAFAT ILMU |
A. Ontologi
Menurut Amsal Bakhtiar, ontologi berasal dari kata ontos yaitu sesuatu yang berwujud. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang wujud atau tentang hakikat yang ada. Ontologi tidak hanya berdasar pada alam nyata, tetapi berdasar pada logika semata-mata.
Ontologi merupakan salah satu lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Dalam persoalan ontologi orang menghadapi persoalan bagaimanakah menjelaskan hakikat dari segala yang ada. Pertama kali orang dihadapkan pada dua macam kenyataan, yaitu kenyataan yang berupa materi dan kenyataan yang berupa rohani.
Term ontologi pertama kali dikenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1636 M, untuk menamai teori tentang hakikat yang ada yang bersifat metafisis, dalam perkembangannya Rudolf Wolf membagi metafisika menjadi 2 yaitu metafisika umum dan metafisika khusus, metafisika umum dimaksudkan sebagai istilah lain ontology. Dengan demikian metafisika umum atau ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan prinsip yang paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu yang ada, sedang metafisika khusus masih dibagi lagi menjadi kosmologi, psikologi dan teologi.
Di dalam ontologi ditemukan pandangan-pandangan pokok pemikiran sebagai berikut:
- Monoisme, paham ini menganggap bahwa hakikat yang berasal dari seluruh kenyataan hanyalah satu saja, tidak mungkin dua, faham ini kemudian terbagi 2 yaitu : materialisme yang menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi bukan rohani aliran ini sering juga disebut naturalisme, yang kedua yaitu idealism, aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati ruang.
- Dualisme, aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari 2 macam hakikat yaitu hakekat materi dan hakekat ruhani, benda dan ruh, jasad dan spirit. Umumnya manusia tidak akan mengalami kesulitan untuk menerima prinsip dualisme ini, karena setiap kenyataan lahir dapat segera ditangkap oleh panca indera kita, sedang kenyataan bathin dapat segera diakui adanya oleh akal dan perasaan hidup.
- Pluralisme, paham ini berpandangan bahwa segenap bentuk merupakan kenyataan, pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segala macam bentuk itu semuanya nyata.
- Nihilisme, sebuah doktrin yang tidak mengakui validitas alternative yang positif, istilah nihilisme sebenarnya sudah ada sejak yunani kuno.
- Agnotisisme, yaitu mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakekat benda, baik hakekat materi maupun hakikat ruhani. Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara konkrit akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal.
Jadi, dapat diketahui bahwa ontologi menurut Amsal Bakhtiar adalah hakikat dari yang ada atau ilmu tentang yang ada baik berbentuk konkret maupun abstrak.
Sedangkan menurut Noeng Muhajir di dalam bukunya yang berjudul Filsafat Ilmu, mengatakan bahwa ontology membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi berusaha mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan.
Menurut Jujun S. Suriasumantri dalam buku pengantar ilmu dalam perspektif mengatakan bahwa ontologi membahas apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu atau dengan perkataan lain, suatu pengkajian mengenai teori tentang yang ada.
Di dalam buku Filsafat Ilmu karya Prof. Dr. Mukhtar Latif, M.Pd, Ontologi adalah membahas tentang yang ada yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu, membahas tentang yang ada dan bersifat universal serta menampilkan pemikiran yang universal. Setiap ilmu memiliki kekuatan universal yang berlaku dalam konteks kesejagatan. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan atau menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua bentuknya. Realitas alam sernesta memang tidak mudah dijelaskan karena memang sulit untuk dipahami. Tidak semua ilmu itu mudah dijelaskan jika tanpa pemahaman yang tajam.
Sementara itu, A. Dardiri dalam bukunya mengatakan, ontologi adalah menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan cara yang berbeda di mana entitas dari kategori-kategori yang logis yang berlainan (objek-objek fisis, hal universal, abstraksi) dapat dikatakana ada; dalam kerangka tradisional ontologi dianggap sebagai teori mengenai prinsip-prinsip umum dari hal ada, sedangkan dalam hal pemakaiannya akhir-akhir ini ontologi dipandang sebagai teori mengenai apa yang ada.
Menurut Noerhadi, Ontologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud (yang ada) dengan berdasarkan logika. Dengan menggunakan landasan ontologi, dapat membicarakan tentang objek atau hakikat yang ditelaah oleh suatu ilmu.
Menurut Soetriono & Hanafie (2007), Filsafat ilmu dan Metodologi Penelitian,: Ontologi yaitu merupakan azas dalam menerapkan batas atau ruang lingkup wujud yang menjadi obyek penelaahan (obyek ontologis atau obyek formal dari pengetahuan) serta penafsiran tentang hakikat realita (metafisika) dari obyek ontologi atau obyek formal tersebut dan dapat merupakan landasan ilmu yang menanyakan apa yang dikaji oleh pengetahuan dan biasanya berkaitan dengan alam kenyataan dan keberadaan.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat penulis ketahui bahwa antara pandangan Amsal Bakhtiar dengan para ahli lainnya tidak jauh berbeda. Mereka memandang bahwa ontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sesuatu yang ada.
B. Epistimologi
Amsal memandang epistemolog sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian dan dasar dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan yang diperoleh oleh manusia melalui akal, indera dan lain lain meiliki metode tersendiri dalam teori pengetahuan diantaranya adalah:
- Metode induktif, yaitu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum, dalam induksi setelah diperoleh pengetahuan, maka akan dipergunakan hal hal lain seperti ilmu mengajarkan kita bahwa kalau logam dipanaskan maka akan mengembang.
- Metode deduktif, yaitu metode yang menyimpulkan bahwa data data empiric diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut, hal yang harus ada dalam metode deduktis adalah perbandingan logis antara kesimpulan kesimpulan itu sendiri.
- Metode positivisme, metode ini berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang factual dan dan positif, ia mengenyampingkan segala persoalan di luar yang ada sebagai fakta. Menurut comte perkembangan pemikiran manusia melaui 3 tahap yaitu, teologis, metafisis dan positif.
- Metode kontemplatif, metode ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan pun akan berbeda beda, harusnya dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi, pengetahuan yang didapat melalui intuisi ini bias diperoleh dengan cara berkontemplasi seperti yang dilakukan oleh Al Ghazali.
- Metode dialektis, metode ini mula mula berarti metode Tanya jawab untuk mencapai kejernihan filsafat namun plato mengartikannya sebagai diskusi logika.
Menurut Prof. Dr. Mukhtar Latif di dalam bukunya yang berjudul filsafat ilmu, Epistemologi di fokuskan pada telaah tentang bagaimana cara ilmu pengetahuan memperoleh kebenarannya, atau bagaimana cara ilmu pengetahuan yang benar atau bagaimana seseorang itu tahu apa yang mereka ketahui.
Epistemologi atau Teori Pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya; metode induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis dan metode dialektis.
Sifat epistemologi menurut Mukhtar Latif yaitu: (1) Mempertanyakan/menguji cara kerja, pendekatan, dan kesimpulan yang ditarik. (2) Menentukan tolak ukur atau norma penalaran tentang kebenaran pengetahuan.(3) Menilai apakah suatu keyakinan,pendapat suatu teori pength dapat dipertanggungjawabkan dan dijamin kebenarannya secara logis dan akurat.
Objek epistemologi ini menurut Jujun S.Suriasumatri berupa “segenap proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan.” Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan, sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan. Tanpa suatu sasaran, mustahil tujuan bisa terealisir, sebaliknya tanpa suatu tujuan, maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali.
C. Aksiologi
Di dalam buku Amsal Bakhtiar aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Dari definisi mengenai aksiologi, terlihat jelas bahwa permasalahan yang utama adalah mengenai nilai, nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai, teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika. Makna etika dipakai dalam 2 bentuk arti, pertama etika merupakan suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan perbuatan manusia, arti kedua etika merupakan suatu predikat yang dipakai untk membedakan hal hal, perbuatan perbuatan atau manusia manusia yang lain.
Nilai dan norma yang harus berada pada etika keilmuan adalah nilai dan norma moral. Nilai moral tidak berdiri sendiri. Yang paling utama dalam nilai norma moral adalah yang terkait dengan tanggung jawab seseorang. Penerapan ilmu pengetahuan yang telah dihasilkan oleh para ilmuan, mesti memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan, nilai agama, nilai adat, dan sebagainya.
Menurut Jujun S. Suriasumantri dalam bukunya Filsafat Ilmu mengatakan bahwa aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum. Sebagai landasan ilmu, aksiologi mempertanyakan untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan serta kaitannya dengan kaidah-kaidah moral.
Demikian, semoga bermanfaat...
Terimakasih,
FB: Facebook.com/Ukhti.Ika |
Post a Comment for "Resensi Buku Filsafat Ilmu Amsal Bakhtiar"